Selasa, 06 April 2010

Ergonomic

Ergonomi

Defenisi Ergonomi

Istilah “Ergonomi” berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan Nomos (hukum), sehingga ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan juga dengan optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan dimana saja manusia berada[1]. Ergonomi merupakan studi tentang manusia, fasilitas kerja dan lingkungan yang saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusia.

Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :[2]

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental dan mengupayakan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama waktu produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari sistem kerja, sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Tipe-tipe Masalah Ergonomi [3]

Masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup yang berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :

a. Anthropometric

Antropometri berhubungan dengan dimensi antara ruang geometri fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi tubuh secara linier, termasuk berat dan volume, jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lain-lain. Masalah antropometri merupakan ketidaksesuaian antara dimensi terhadap desain ruang dan sarana kerja. Pemecahan masalah ini dengan memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.

b. Cognitive

Masalah cognitive muncul ketika beban kerja berlebih atau berada di bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu panjang maupun dalam jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum. Pemecahan masalah ini dengan melengkapkan fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk meningkatkan performansi.

c. Musculoskeletal

Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas kemampuan manusia.

d. Cardiovaskular

Masalah ini diakibatkan oleh ketegangan sistem sirkulasi, termasuk jantung. Jantung memompa lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen. Pemecahan masalah ini dengan mendesain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.

e. Psychomotor

Permasalahan dalam hal ini adalah ketegangan pada sistem psychomotor. Pemecahannya adalah dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.

Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), control and display, dan lain-lain.

Ergonomi dapat berperan sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain.

Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia dan desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (Visual Display Unit Station). Hal tersebut untuk mengurangi ketidaknyamanan visual, postur kerja, serta desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian untuk mendapatkan optimasi dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan serta upaya untuk mendapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan akibat metode kerja yang kurang tepat.

Ilmu ergonomi dalam penerapannya perlu informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Manusia tidak cukup mempelajarinya dari satu segi ilmu saja, tetapi diperlukan berbagai disiplin ilmu antara lain psikologi, antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja, fisika, dan lain-lain. Disiplin ilmu tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi dan para ahli teknis bertugas untuk meramu masing-masing informasi sebagai pengetahuan untuk merancang fasilitas sehingga fasilitas tersebut mencapai kegunaan yang optimal. Usaha yang dapat ditempuh untuk memperoleh informasi tersebut adalah[4]:

a. Penyelidikan tentang display

Display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya langsung kepada manusia dalam bentuk lambang atau tanda. Persoalan yang sering terjadi adalah display yang tidak mengkomunikasikan keadaan secara langsung dan oleh karena itu kita perlu memikirkan bagaimana merancang suatu alat yang bisa menerjemahkan informasi sehingga mudah dimengerti manusia. Display harus dirancang dengan baik agar dapat menjalankan fungsinya untuk menyajikan informasi yang diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya. Perancangan display yang baik adalah apabila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya.

b. Penyelidikan Mengenai Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya

Dalam hal ini dilakukan penyelidikan tentang aktivitas manusia pada saat bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur setiap aktivitas tersebut. Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanika. Hal ini mencakup pengukuran kekuatan/daya tahan fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara bekerja sehingga peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas tersebut. Pengukuran kekuatan fisik manusia dalam hal ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya. Secara umum kriteria pengukuran aktivitas dapat dibagi dalam dua kelas, yaitu:

1. Kriteria Fisiologi

Kriteria ini merupakan kegiatan manusia yang ditentukan berdasarkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan besarnya tenaga yang akurat berdasarkan kriteria ini agak sulit karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis, seperti tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan, jumlah karbondioksida yang dihasilkan, temperatur badan dan sebagainya.

2. Kriteria Operasional

Kriteria ini melibatkan teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakan. Secara umum gerakan yang dapat dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk range (rentang) gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian.

c. Penyelidikan Mengenai Tempat Kerja.

Ukuran tempat kerja harus sesuai dengan ukuran dimensi tubuh manusia. Hal ini dipelajari di antropometri. Data hasil pengukuran (data antropometri) dijadikan sebagai data untuk perancangan peralatan.

d. Penyelidikan Mengenai Lingkungan Fisik.

Lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas yang digunakan manusia serta kondisi lingkungan kerja yang keduanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi adalah aplikasi yang sistematis dari segala informasi relevan yang berkaitan dengan karakteristik dari prilaku manusia dalam perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Untuk analisa dan penelitian maka ergonomi akan meliputi hal yang berkaitan dengan :

  1. Anatomi (struktur), fisiologi, dan antropometri tubuh manusia.
  2. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang berperan dalam tingkah laku manusia.
  3. Kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek maupun panjang, atau membuat celaka manusia sehingga diperlukan desain kondisi kerja yang dapat membuat nyaman manusia dalam bekerja.


[1] Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya, 2004, p.1

[2] Tarwaka.dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press, Surakarta, 2004, p.7

[3] Tarwaka.dkk, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Uniba Press, Surakarta, 2004, p.8

[4] Sutalaksana, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Laboratorium Tata Cara Kerja dan Ergonomi Departemen Teknik Industri, ITB, 1979, p.64

Tidak ada komentar:

Posting Komentar